MASIH
segar dalam ingatan kita pada bulan Desember 2011, ratusan warga di Mesuji,
Sumatera Selatan, melakukan penyerangan terhadap perusahaan Kelapa Sawit yang
merupakan ekspresi dari ketidakpuasan warga terhadap operasionalisasi
perusahaan tersebut yang hanya menguntungkan segelintir orang disana. Di
Bima, NTB, ratusan warga memblokade Pelabuhan Sape sebagai bentuk protes
terhadap konsesi pertambangan yang diberikan Bupati terhadap perusahaan tambang
tertentu. Pada bulan awal tahun ini, tepatnya pada 12 Januari 2012, Jakarta
diguncang oleh demonstrasi besar gerakan rakyat. Dengan tuntutan “Pulihkan
Hak-hak Rakyat Indonesia”, ribuan massa dari sektor gerakan rakyat seperti
kalangan tani, buruh, mahasiswa, bahkan perangkat aparatur pedesaan melakukan
demonstrasi di depan istana dan juga di depan gedung DPR. Dalam waktu rentang
waktu yang tidak terlalu jauh, puluhan bahkan ratusan ribu massa buruh di
Tangerang dan Bekasi melakukan pemblokiran jalan tol sebagai bentuk tuntutan
mereka kepada Bupati setempat untuk segera menaikkan nominal angka Upah Minimum
Kabupaten (UMK) yang dirasa tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
buruh. Peristiwa-peristiwa yang dicuplik hanya sebagian dari banyak peristiwa
perlawanan rakyat yang banyak terjadi diberbagai daerah di Indonesia.
Berkaitan
dengan konflik antara pekerja dengan perusahaan, Marx mengajukan konsepsi
mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan
kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada
abad ke 19 di Eropa dimana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal
(borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini
berada dalam suatu struktur sosial hirarkhis, dan borjuis melakukan eksploitasi
terhadap proletar dalam sistem produksi kapitalis. Eksploitasi ini akan terus
berjalan selama kesadaran semu eksis, false consiousness, dalam diri proletar,
yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan dan cita-cita akhirat.
Apa yang dapat disimpulkan sementara dari berbagai
persitiwa yang terjadi dalam reantang waktu yang sangat berdekatan tesebut
adalah rakyat pekerja Indonesia tengah bergerak berlawan. Rakyat pekerja
indonesia semakin eksplisit untuk mengartikulasikan tuntutan serta ketidaksetujuan
mereka terhadap berbagai kebijakan negara, yang banyak dirumuskan pada
tingkatan local, yang pada dasarnya tidak banyak menguntungkan kepentingan
mereka. tuntutan serta ketidak setujuan mereka yang eksplisit ini membuat
mereka harus menempuh langkah-langkah beresiko yang radikal yang sebelumnya
tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya dalam rangka mendapatkan perhatian
penuh dari system politik yang ada.
Artikel
ini pada dasarnya adalah sebuah pembelaan penuh atas radikalisasi perlawanan
rakyat yang tengah terjadi sekarang ini artikel ini berargumen bahwa
radikalisasi perlawanan sekarang adalah krusial untuk menghindarkan masyarakat
Indonesia dari ancaman krisis kapitalisme yang sekarang tengah menghantui
dunia, sekaligus sebagai momen yang penting untuk mendorong politik anti
kapitalisme-neoliberal di Indonesia. Apa yang harus dipahami adalah
persitiwa-persitiwa ini tidak muncul dalam ruang vakum. Peristiwa-peristiwa ini
muncul dalam relasi ekonomi politik yang kontradiktif dimana kelas-kelas sosial
dalam masyarakat saling berjuang untuk mengontrol produksi dan distribusi dalam
proses ekonomi yang ada. Struktur ekonomi politik yang kontradiktif ini dapat
ditelusuri akarnya pada cara mengakumulasikan kekayaan di Indonesia yang
kemudian berujung pada pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Membongkar Mitos Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Di
Indonesia, seringkali penjelasan mengenai proses pertumbuhan ekonomi lebih
mirip cerita mitos dewa-dewi Yunani dibandingkan sebagai penjelasan yang ilmiah
tentang realitas sosial. Berangkat dari statistic empiric bahwa ekonomi
Indonesia berjalan sangat baik, yang pada tahun 2011 berada diangka 6.5%, para
pendukung rezim sekarang akan menyatakan bahwa pertumbuhan sekarang telah mampu
untuk mensejahterakan banyak kehidupan masyarakat Indonesia. Penjelasan ini ini
berangkat dari asumsi bahwa pertumbuhan yang tinggi tidak mungkin akan
menciptakan ketidakpuasan sosial karena adanya efek kekayaan yang “mengucur
kebawah” (trickles down effect). efek ini sendiri disebabkan oleh karena
semakin membesarnya “kue pembangunan” yang kemudian secara simultan akan
mengucur ke semua actor ekonomi. Pembesaran kue pembangunan ini, dalam
pandangan mereka, adalah hasil dari kecerdikan aktor-aktor ekonomi Indonesia
dalam kompetisi pasar global. Kemampuan para actor ekonomi Indonesia yang ada
untuk mengambil kesempatan dalam ceruk pasar global melalui maksimalisasi
pertukaran permintaan-penawaran adalah determinan bagi pertumbuhan ekonomi
IndonesiaBdengan kata lain, efek mengucur dari “kue pembangunan” yang besar ini
merupakan insentif atas kelihaian para actor ekonomi Indonesia.
Mistifikasi
ekonomi dalam argumentasi para pendukung rezim SBY-Boediono (baca: rezim
kapitalisme-neoliberal) terhadap proses ekonomi yang berlangsung di Indonesia
tidak terlepas dari kepercayaan mereka bahwa ekonomi selalu steril dari aspek
politik dan juga aspek sosial. Pandangan ini tentu saja adalah pandangan yang
salah karena pada kenyataanya ekonomi selalu berkeliat kelidan dengan politik.
Produksi di bidang ekonomi hanya akan dimungkinkan ketika ada pengorganisiran
pembagian kerja (division of labor) yang telah ditentukan sebelumnya
dalam relasi kekuasaan yang ada. Dengan menyatakan bahwa ekonomi bekerja tanpa
adanya hubungan dengan relasi politik adalah sama anehnya dengan
mengatakan bahwa gajah memiliki sayap untuk terbang di langit.
Lalu,
bagaimana kita dapat memahami pertumbuhan ekonomi sekaligus memperhatikan
adanya ketidakpuasan sosial yang membuat terjadinya radikalisasi perlawanan
rakyat pekerja? Dalam memahami ekonomi Indonesia yang tengah bertumbuh
sekaligus kontradiksi sosial yang diciptakan olehnya, menurut hemat penulis,
dapat ditelusuri dengan pertanyaan mengenai bagaimana modus akumulasi
keuntungan yang dilakukan oleh rezim kekuasaan sekarang. Maksud penulis
mengenai modus akumulasi adalah mengenai pola produksi dan konsumsi yang
direproduksi dalam periode proses ekonomi kapitalisme itu sendiri. argumentasi
dengan melihat struktur ekonomi berdasar pada modus akumulasinya karena tujuan
ekonomi dalam kapitalisme adalah motif untuk keuntungan dan maksimalisasi atas
keuntungan. Modus akumulasi adalah upaya untuk mengidentifikasi bagaimana
keuntungan diakumulasikan dalam pola produksi dan konsumsi dalam rentang
periode ekonomi kapitalis tersebut.
Ketegangan
hubungan produksi dalam sistem produksi kapitalis antara kelas borjuis dan
proletar mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi.
Ketegangan hubungan produksi terjadi ketika kelas proletar telah sadar akan
eksploitasi borjuis terhadap mereka. Sampai pada tahap ini Marx adalah seorang
yang sangat yakin terhadap perubahan sosial radikal, tetapi lepas dari moral
Marx, esensi akademiknya adalah realitas kekuasaan kelas terhadap kelas lain
yang lemah, konflik antar kelas karena adanya eksploitasi itu, dan suatu
perubahan sosial melalui perjuangan kelas, dialektika material, yang sarat
konflik dan determinisme ekonomi.
Dalam Teori konflik
juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial
dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi
yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Konsekuensi logis dari hal proses integrasi ini
adalah perdagangan internasional menjadi memiliki peranan yang krusial dalam
proses ekonomi. Data BPS yang dirilis pada tanggal 7 Januari 2012 menunjukan
bahwa laju pertumbuhan menurut penggunaan ekonomi Indonesia pada Triwulan III
tahun 2011 yang mencapai 6,5% yang secara signifikan dikontribusikan oleh
adanya surplus perdagangan (dalam artian nilai ekspor indonesia melebihi nilai
impor, red). Kontribusi surplus perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi
mencapai angka 3,3% Disini dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional
menjadi dasar bagi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Walau
secara tradisional Indonesia masih melakukan ekspor migas, namun besaran nilai
ekspor migas relative kecil jika dibandingkan dengan nilai ekspor nonmigas.
Menurut Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, kontribusi ekspor industri
nonmigas adalah 61% terhadap total ekspor 2011 mencapai angka USD 208 miliar.Dalam
Neraca Laporan Pembayaran Bank Indonesia Realisasi triwulan III 2011,
setidaknya sampai dengan November 2011, terdapat tiga komoditas utama yang
berkontribusi besar terhadap nilai ekpor adalah batubara sebesar 15.5%, minyak
sawit 10.2% dan karet 9.1%. menariknya, tiga komoditas ini adalah komoditas
yang berbasiskan pada industri ekstraksi yang tergantung pada sumber daya alam.
Dalam
hal inilah kita dapat melihat modus utama dari proses akumulasi kapitalisme
yang terjadi di Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonominya melibatkan dua
komponen utama dari kekayaan masyarakat Indonesia yakni sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Modus akumulasi pertama dilakukan melalui industri
ekstraksi yang sumber kuntungannya berasal dari sumber daya alam. Dalam modus
akumulasi ini, keberadaan lahan luas dan banyak adalah prasyarat utamanya. Akan
tetapi semenjak akumulasi tidak selalu sesuai dengan kebutuhan sosial manusia,
seringkali cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan ini adalah dengan
melakukan apa yang disebut David Harvey dengan, “akumulasi melalui perampasan”. Proses akumulasi
ini ditandai dengan pengusiran banyak manusia dari tanah atau lahan tempat
mereka berdiam sebelumnya atas nama teritorialisasi relasi produksi
kapitalisme. Tidak heran jika selama proses pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, kita akan menemukan banyak menemukan konflik yang terkait dengan
masalah jenis akumulasi seperti ini. Dari kasus Alas Tlogo sampai dengan kasus
Mesuji dan insiden Pelabuhan Sape, Bima adalah kasus-kasus yang memiliki basis
material dari bentuk modus akumulasi yang pertama ini.
Secara
ekonomi, Tingginya angka pengangguran akan berimplikasi pada tekanan atas
tingkat upah karena dalam pasar tenaga kerja penawaran (supply) atas
pekerja yang tersedia sangat banyak berbanding terbalik dengan permintaan (demand)
pekerja oleh industri.Mekanisme spontan yang biasanya dilakukan oleh para
pengaggur untuk dapat bertahan hidup adalah dengan membuka inisiatif ekonomi
baru yang sifatnya informal. Namun upaya paling sistematis untuk mengatasi
pengangguran sekaligus tetap memastikan bahwa proses akumulasi melalui
apropirasi serta eksploitasi sumber daya manusia tetap dimungkinkan adalah
dengan menciptakan rezim pasar tenaga kerja fleksibel. Mekanisme ini tetap
memastikan bahwa penganggur-penganggur yang ada memiliki akses ke dalam relasi
ketenagakerjaan, namun sekaligus mereka tidak akan dapat mempengaruhi tingkat
upah yang ada karena jika ada tuntutan untuk kenaikan upah, para kapitalis
dapat secara mudah mengganti mereka dengan penganggur yang lain.
Tekanan
atas tingkat upah pekerja menghasilkan kurangnya permintaan efektif di antara
para pekerja di Indonesia. Cara yang paling mungkin untuk dapat bertahan
sekaligus tetap memastikan bahwa roda ekonomi secara keseluruhan masih dapat
bekerja melalui konsumsi rumah tangga adalah para pekerja harus mengambil
hutang untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Apa yang dapat disimpulkan pembongkaran mitos
pertumbuhan ekonomi disini adalah modus akumulasi keuntungan dalam fase
kapitalisme sekarang dilakukan melalui eksploitasi massif atas dua sumber utama
nilai kesejahteraan, yakni sumber daya alam serta sumber daya manusia
indonesia. Kapitalisme yang berlaku sekarang memang menciptakan pertumbuhan,
tapi pertumbuhan ini dilakukan melalui penghisapan nilai yang terkandung dari
alam dan juga pekerja. Dengan kata lain, radikalisasi perlawanan rakyat pekerja
sekarang adalah sahih dalam rangka merebut kembali nilai yang selama ini dicuri
oleh kelas kapitalis indonesia dalam bentuk keuntungan yang mereka dapatkan dan
nikmati.
Perjuangan Kelas di Masa (Ancaman)
Krisis Kapitalisme
Radikalisasi perlawanan rakyat pekerja yang
terjadi sekarang ini adalah konsekuensi logis dari struktur ekonomi politik
dimana rakyat pekerja dihisap serta dieksploitasi atas nama pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Perlawanan ini tentu saja memiliki dimensi kelas yang sangat kuat
karena rakyat pekerja yang berlawan mulai mempertanyakan relasi ekonomi politik
yang timpang ini dimana pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya memberikan
keuntungan bagi segelintir kelas kapitalis di Indonesia. Apa yang menarik untuk
diperhatikan adalah radikalisasi perlawanan rakyat pekerja direspon balik oleh
para kapitalis di negeri ini dimana para kapitalis secara terang-terangan menolak
tuntutan rakyat pekerja ini sembari secara sistematis melakukan serangan balik
terhadap rakyat pekerja. Disini kemudian dapat dilihat perjuangan kelas tengah
berlangsung dalam penampakannya yang paling konkrit.
Terjadinya
respon reaksioner oleh kelas kapitalis terkait tuntutan rakyat pekerja
sebenarnya sangat terkait dengan konteks krisis kapitalisme yang terjadi
sekarang. Ancaman krisis kapitalisme semakin nyata untuk terjadi di Indonesia
semenjak sampai dengan artikel ini ditulis, belum tampak tanda-tanda yang
meyakinkan bahwa krisis kapitalisme yang terjadi di AS dan Zona Eropa akan
dapat ditanggulangi dalam waktu dekat. Implikasinya bagi Indonesia, tepatnya
kelas kapitalis Indonesia, adalah komoditas hasil produksi mereka terancam
tidak terserap di pasar-pasar utama yang ada di AS dan Zona Eropa.
Kecenderungan ini dapat dilihat dari pernyataan Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) Republik Indonesia yang memperkirakan bahwa nilai ekspor industri
pengolahan nonmigas akan mencapai USD125 miliar pada tahun ini yang berarti
jumlah itu mengalami penurunan 0,8% dibandingkan tahun lalu yang mencapai
USD126,5 miliar. Dapat dilihat bahwa krisis akan mengancam keuntungan yang
selama ini mereka nikmati.
Bagi kelas kapitalis, kondisi ini tentu saja
adalah suatu ancaman bagi mereka. ada dua bentuk antisipasi yang akan dilakukan
oleh kelas kapitalis domestic yang tergantung dengan pasar global yang pertama
adalah melakukan diversifikasi pasar dan melakukan penguatan pasar domestic
dalam menyerap hasil produksi mereka. Upaya untuk melakukan diversifikasi pasar
dapat dikatakan upaya yang sulit karena dalam kondisi krisis yang terjadi di
negara-negara Maju (baca: AS dan Zona Eropa), tiap negara di dunia juga
berlomba-lomba untuk melakukan diversifikasi. Tidak heran jika disini terjadi
kompetisi antara upaya Indonesia dengan negara-negara lain yang kemudian
memaksa komoditas Indonesia untuk memiliki harga yang kompetitif. Bagi para
kapitalis, pilihan untuk tetap memastikan produk mereka lebih kompetitif
dibanding negara lain adalah dengan melakukan efisiensi dalam proses produksi
mereka.
Penutup: Mengembalikan Politik Kelas di
Indonesia
Stratifikasi
tidak hanya dibentuk oleh ekonomi melainkan juga prestige (status), dan power
(kekuasaan/politik). Konflik muncul terutama dalam wilayah politik yang dalam
kelompok sosial adalah kelompok-kelompok kekuasaan, seperti partai politik.
Weber melihat persoalan wewenang dalam kerangka politik diperebutkan oleh
partai-partai. Pengaruh pemikiran Weber ini akan banyak kita lihat dalam
pemikiran Ralf Dahrendorf. Pemikiran Marx cenderung determinis dan Weber
cenderung masuk ke subyektivisme, kemudian di Perancis pada kurun waktu yang
sama Emile Durkheim memberikan perhatian di luar pemikiran Marx dan Weber, pada
apa yang disebutnya sebagai social fact atau fakta sosial.
Fakta sosial
bersifat exteriority, yang diluar atau eksternal, dan mendesakkan kehendaknya
kedalam diri individu-individu. Individu bergerak atas dasar nilai sosial yang
eksternal, di luar dirinya dan memaksa dalam bertindak. Hal ini adalah suatu
aturan yang tidak tertulis, unwritten, dan merupakan pembahasan sosiologi
ilmiah. Konsepsi sosiologis Durkheim dapat dipahami melalui pembuktiannya
tentang suicide, yang secara umum ia membagi masyarakat kedalam masyarakat mekanik
dan organik. Masyarakat mekanik mempunyai conscience collective, kesadaran
umum, yang mendasari tindakan-tindakan yang bersifat kolektif. Kesadaran umum
dapat juga sebagai moral bersama yang koersif pada setiap anggota-anggotanya.
Suicide dalam masa ini berdasarkan kesadaran umum
Jika
memang ada hal yang harus didorong lebih
jauh dari radikalisasi perlawanan rakyat pekerja sekarang, menurut hemat
penulis, adalah dengan menjadikan perlawanan ini menjadi perlawanan politis
yang sistematis. Kepentingan kelas kapitalis di Indonesia hanya akan mampu
untuk direalisasikan ketika negara dikuasasi oleh kelas kapitalis itu sendiri.
dalam hal ini, perlawanan rakyat pekerja harus mulai mensasarkan tujuan
strategisnya ke politik negara. kekuasaan politik yang dikuasai oleh rakyat
pekerja lebih memungkinkan untuk memaksakan serta merealisasikan tuntutan
ekonomi politik yang berdasar pada redistribusi ekonomi. Suatu hal yang sangat
krusial untuk mencegah terjadinya krisis di Indonesia.
Yang penting untuk dicatat dari karakter
perlawanan rakyat sekarang adalah relasi ekonomi politik sekarang memungkinkan
untuk terjadinya pertemuan serta penyatuan kekuatan rakyat pekerja dari
berbagai sector ekonomi yang ada. Dari buruh, petani, penganggur, miskin kota,
dan seluruh rakyat pekerja yang dieksploitasi dalam system ekonomi yang ada.
Hal ini tentu saja adalah suatu tantangan sekaligus peluang yang sangt baik
untuk mengembalikan politik kelas di Indonesia, bentuk politik yang sempat ada
dalam pengalaman kesejarahan kita sebagai bangsa namun dihancurkan secara
bengis oleh kekuatan kapitalis nasional di masa lampau. Yang diperlukan
sekarang untuk ditanyakan sekaligus dijawab adalah bagaimana bentuk
pengorganisiran politik yang harus didorong dengan basis material yang tersedia
seperti sekarang ini. keberhasilan dari menjawab pertanyaan krusial ini akan
sangat menentukan bentuk politik kelas seperti apa yang akan muncul. Dalam hal
ini, penulis tidak memiliki preskripsi atau resep generic tertentu. Untuk itu,
pertanyaan ini hanya dapat dijawab dengan praktik serta aktifitas perlawanan
bersama dalam rakyat pekerja itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar